Budaya membaca atau literasi baru mulai
digalakkan pemerintah Indonesia pada satu/dua tahun terakhir. Hal ini
disebabkan karena minimnya minat baca bagi sebagian besar masyarakat
Indonesia. Padahal seperti diketahui bersama bahwa dengan membaca maka
akan menambah ilmu bagi si pembacanya. Pembiasaan membaca yang
dicanangkan oleh pemerintah merupakan adopsi dari budaya yang ada di
Jepang dimana salah satu kekuatan Jepang dalam kemajuan negaranya
terletak pada kebiasaan masyarakatnya yang gemar membaca.
Bisa dibilang, Jepang merupakan macan Asia, di mana segala kemajuan,
mulai dari kemajuan perekonomian hingga teknologi, berjalan sangat
pesat. Pada dasarnya, kemajuan yang dicapai Jepang pada saat ini
merupakan buah dari kerja keras pemerintah Jepang untuk membangun budaya
literasi yang dimulai sejak dari bangku sekolah dasar.
Menurut Yoshiko Shimbun, sebuah harian nasional Jepang terbitan
Tokyo, kebiasaan membaca di Jepang diawali dari sekolah. Para guru
mewajibkan siswa-siswanya untuk membaca selama 10 menit sebelum
melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kebijakan ini telah
berlangsung selama 30 tahun. Para ahli pendidikan Jepang mengakui bahwa
pola kebiasaan yang diterapkan ini terlalu bersifat behavioristik, di
mana terdapat reward (penghargaan) dan punishment (hukuman) dalam
pelaksanaan aturan tersebut. Namun, pembiasaan yang dilakukan dari
tingkat sekolah dasar dinilai cukup efektif, karena dilakukan pada
anak-anak sejak usia dini.
Awalnya, seperti yang disebutkan harian tersebut, pelaksanaan regulasi tersebut memang sulit dilakukan, mengingat para murid memiliki latar belakang keluarga dan lingkungan yang berbeda. Namun, karena pola pendidikan di Jepang didesain sedemikian sehingga berkesinambungan dengan pola pendidikan di rumah, sehingga dalam pelaksanaannya, orangtua juga proaktif mengembangkan kebiasaan baca di sekolah.
Jam masuk sekolah di Jepang dimulai pada pukul 07.00 waktu setempat. Tetapi gerbang sekolah mulai ditutup 15 menit sebelum pelajaran formal dimulai. Pada jam inilah biasanya peraturan tersebut dilaksanakan. Dengan demikian, pada lima belas menit pertama anak-anak sekolah dasar diwajibakan membaca buku apapun yang dipilihnya dari perpustakaan sekolah. Tidak hanya itu, pola pendidikan di Jepang juga dibuat untuk mendorong siswa agar aktif membaca, seperti mempresentasikan karya sastra klasik, membuat kelompok story telling berdasarkan buku yang telah dibacanya untuk kegiatan amal yang berlangsung pada akhir tahun pelajaran.
Saat ini peraturan ini memang tak seketat ketika pertama kali diterapkan. Banyak sekolah yang tidak menyebutkan peraturan tersebut secara tertulis. Namun demikian, budaya baca yang telah tertanam pada pelajar di Jepang rupanya membuat siswa-siswa ini secara sadar dan mandiri membuka ruang-ruang diskusi ilmiah informal di luar jam pelajaran mereka, dengan salah satu agendanya adalah membahas banyak buku-buku yang tengah terbit ataupun fenomenal. [Lina Marlina, Jepang/Sumber: Yoshiko Shimbun, Jumat 29 Mei 2009]
Di
Indonesia sendiri pembiasaan membaca juga dilakukan di lingkungan
sekolah dimana 15 menit sebelum pelajaran dimulai siswa diwajibkan untuk
membaca buku. Buku yang dibacapun beragam, mulai dari pengetahuan umum,
ensiklopedia, kamus, buku cerita, dan lain-lain. Namun sayangnya
kendala ada pada koleksi buku yang dimiliki sekolah sehingga buku yang
dibaca hanya itu-itu terus dan membuat anak menjadi bosan. Semoga
pembiasaan membaca tersebut diiringi dengan sarana yang memadai sehingga
bukan tidak mungkin negara kita akan menjadi negara maju seperti
Jepang.
source :
https://nadir0.wordpress.com/kebiasaan-membaca-di-jepang-10-menit-setiap-hari-di-sekolah/
Download Lagu Indonesia Membaca disini!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar